Menggapai Hidup Berkah
Oleh: H. Syihabuddin M, M.Pd.I
Bismillahirrahmaanirrahiim
Sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
barokah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S. Al-A'raaf : 96)
Mengapa uang yang banyak,
rumah yang besar, istri yang jelita atau suami yang tampan, ilmu yang luas
tidak mengangkat derajat pemiliknya? Malah menghinakannya? bukan kebahagiaan atau
ketentraman yang diperoleh melainkan masalah dan malapetaka. Apa sebabnya?
sebenarnya penyebabnya sederhana sekali, yakni bahwa semua itu tidak barokah.
Kita tidak boleh cukup senang memiliki sesuatu. Tetapi
yang harus lebih kita senangi adalah keberkahan atas segala sesuatu itu.Jadi
bukan takut tidak memiliki sesuatu tetapi harus lebih takut sesuatu yang sudah
dimiliki tidak membawa berkah dan pasti nanti akan dipertanyaakan di Negri
Akhirat Nanti, “ Kemudian pada hari itu kalian akan ditanya tentang nikmat
(Q.S At Takatsur). Kita lihat, misalnya suatu rumah tangga yang penuh dengan percekcokan, sebenarnya
harus dicurigai jangan-jangan prosedur, keilmuan, dan etika dalam mengarungi
dunia rumah tangga tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
dan uswah RasulNya.
Seharusnya kita wajib takut
dengan hidup yang tidak berkah, yaitu yang tidak akan bermanfat di dunia dan akhirat.
Mulailah berhati-hati dengan uang. Bagaimana supaya uang menjadi berkah?
Seperti halnya gelas. Gelas hanya bisa enak digunakan untuk minum kalau
terlebih dahulu gelas itu kita bersihkan. Jangan sekali-kali kita mencoba untuk
tidak jujur. untuk apa? Jujur atau tidak jujur tetap Allah yang memberi. Rizki
penjahat datang dari Allah, rizki orang jujur juga datang dari Allah. Bedanya,
rizki yang diberikan kepada penjahat tadi haram, tidak berkah, sedangkan yang
diberikan kepada orang jujur adalah rizki yang berkah karena jujur adalah jalan yang sudah perintahkan oleh
Allah dan RasulNya. Seseorang yang memilih dengan cara jujur atau tidak jujur hakikatnya
itu adalah pilihan, hanya keimanan yang ada didalam hatinya yang akan mendorong
nafsu untuk memilih apa jujur atau tidak jujur. Setelah manusia memilih berarti
manusia itu sudah siap deangan resiko yang akan diterima diakhirat nanti.
Sesudah kita jujur, hati-hati
pula jangan sampai ada hal-hak orang lain yang terampas atau belum tertunaikan,
apalagi hak ummat. Na'udzubillahi min dzalik. Umar bin Abdul Aziz
-semoga Allah meridhainya-, ketika beliau sedang mengerjakan tugas negara malam
hari di rumahnya, tiba-tiba anaknya mengetuk pintu kamar. Kemudian beliau
membuka pintu dan lampu di kamar tersebut dimatikannya. Si anak lalu bertanya,
"Kenapa lampu engkau matikan, ya Abi?" lalu beliau menjawab,
"Karena minyak pada lampu ini milik negara. Tidak layak kita membicarakan
urusan keluarga dengan menggunakan asilitas negara", begitulah Umar,
sangat hati-hatinya karena mengharapkan hidupnya mendapat ridha dan berkah dari
Allah swt. Dari cerita yang dikisahkan di atas mengandung berbagai hikmah yang
dapat kita teladani daintaranya,
1. Menggunakan jabatan dan wewenang yang
sangat membawa berkah tiada lain kecuali mengenyampigkan kepentingan dan
kesenangan pribadi di atas hak dan kesenangan Allah.
2. Harta kekayaan yang melimpah yang kita
kuasai, yang membawa berkah, tiada lain kecuali harta yang didapat dengan cara
yang bersih dan tertunaikan kewajiban-kewajibannya baik hak orang lain apalagi
hak ummat.
Harta adalah ni'mat.
Barangsiapa takut kepada Allah dalam masalah harta, lalu membelanjakannya
sesuai dengan yang diridhai-Nya, memberi makan fakir miskin, serta
mengeluarkannya untuk menolong agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, niscaya
Allah akan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, Allah akan
menjaganya dan memberkahi keluarga dan anak-anaknya. Duhai alangkah bahagianya
hamba ini, bahagia di dunia, juga bahagia di akherat. Dan, kebahagiaan bukanlah
sesuatu yang diperjual-belikan. Ia adalah anugerah Allah bagi hamba-Nya yang
ta'at dan memenuhi perintah-Nya.
"Dan kebaikan apa saja yang engkau
perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (Al
Muzzammil: 20)
Orang yang berinfak
(bersedekah) di jalan Allah seakan-akan memberi pinjaman kepada Allah, padahal
Dia adalah Maha Kaya dan Maha Pemberi. Pilihan kata "qardh"
(pinjaman) tentu karena begitu sangat mulianya kedudukan orang yang berinfak di
sisi Allah. Di samping, kata "qardh" membawa makna hutang piutang,
yang berarti Allah 'Dzat yang tidak menyelisihi janji-Nya' pasti membayar
hutangNya tersebut.
"Siapakah yang mau memberi pinjaman
kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka
Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu
dikembalikan." (Al Baqarah: 245)
Di ayat lain Allah
menegaskan,
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan." (Ali Imran: 133-134).
Karena itu, bersegeralah
saudaraku menuju Surga yang memang diperuntukkan Allah bagi segenap hamba-Nya
yang bertakwa, yang di antara sifat-sifat mereka adalah menafkahkan hartanya,
baik di waktu lapang maupun sempit.
Suatu kali, ada seorang
Salaf yang berthawaf di Ka'bah seraya berulang-ulang membaca do'a, "Ya
Allah, jagalah diriku dari sifat kikir, ya Allah jagalah diriku dari sifat
kikir." Sehingga ada yang menegur, wahai hamba Allah, apakah engkau
tidak mengetahui selain do'a ini? Ia menjawab, sesungguhnya Allah berfirman,
"Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al Hasyr: 9)
Adapun faedah menafkahkan
harta di jalan Allah adalah sangat banyak.
Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits
Qudsi disebutkan,
"Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku
(menjamin) nafkahmu." (Muttafaq Alaih)
Kedua, mendapatkan kebaikan saat tibanya Hari Penyesalan,
Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa bersedekah senilai satu biji
kurma dari hasil kerja(nya) yang baik 'dan Allah tidak menerima kecuali yang
baik-baik' maka sungguh Allah menerimanya dengan Tangan KananNya, lalu
merawatnya sebagaimana salah seorang dari kamu merawat anak kuda/ untanya
sehingga (banyaknya) seperti gunung, karena itu bersedekahlah !."
(Muttafaq Alaih)
Ketiga, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah SAW
bersabda,
"Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah
melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api." (HR. Ibnu
Majah dan Turmudzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Keempat, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi,
bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian
yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl
bin Sa'ad Radhiallahu Anhu.
Kelima, berinfak menyebabkan rezki bertambah, berkembang dan
penuh berkah. Lihat kembali
"Siapakah yang mau memberi pinjaman
kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka
Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu
dikembalikan." (Al Baqarah: 245)
Keenam, sedekah menyebabkan pemiliknya mendapat naungan pada
Hari Pembalasan. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu disebutkan,
ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah, pada hari yang tiada
naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah,
"… dan laki-laki yang bersedekah dan
menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
dikeluarkan oleh tangan kanannya…." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, mendapat kecintaan Allah dan kecintaan manusia
terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara
fithrah manusia mencintai orang yang berbuat baik padanya. Seorang penyair
bersenandung,
"Berbuat baiklah kepada manusia, niscaya
engkau menaklukkan hatinya. Sungguh, kebaikanlah yang menaklukkan manusia.
Berbuat baiklah jika engkau bisa dan kuasa, karena tidak selamanya orang kuasa
berbuat baik."
Kedelapan, kemudahan melakukan keta'atan. Allah menolong orang
yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta'atan, sehingga ia merasa
mudah melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman,
"Adapun orang yang memberikan (hartanya
di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(Surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah".( QS. Al
Lail: 5-7)
Motivasi untuk menggapai
keridhoan adalah ingat bahwa Allah swt di akhirat nanti hanya memberikan dua
pilihan apa Surga atau Neraka, tinggal kita memilih mana yang kita kehendaki. Ya
Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah
sebaik-baik Yang memberi tempat". (Q.S. Al Muminun : 29 )
Wallahu a'lam bishshawab
0 komentar:
Posting Komentar