Senin, 30 Mei 2011

CARA MENGHAFAL AL - QUR'AN




I. Sistem Fardhi
Ikuti langkah berikut dengan baik:
  1. Tenang dan tersenyumlah, jangan tegang
  2. Bacalah ayat yang akan dihafal hingga terbayang dengan jelas kedalam pikiran dan hati
  3. Hafalkan ayat tersebut dengan menghafalkan bentuk tulisan huruf-huruf dan tempat-tempatnya
  4. Setelah itu pejamkan kedua mata dan
  5. Bacalah dengan suara pelan lagi konsentrasi (posisi mata tetap terpejam dan santai)
  6. Kemudian baca ayat tersebut dengan suara keras (posisimata tetap terpejam dan jangan tergesa-gesa)
  7. Ulangi sampai 3x atau sampai benar-benar hafal
  8. Beri tanda pada kalimat yang dianggap sulit dan bermasalah (garis bawah/distabilo)
  9. Jangan pindah kepada hafalan baru sebelum hafalan lama sudah menjadi kuat
Penggabungan ayat-ayat yang sudah dihafal
Setelah anda hafal ayat pertama dan kedua jangan pindah kepada ayat ketiga akan tetapi harus digabungkan terlebih dahulu antara keduanya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini :
  1. Bacalah ayat pertama dan kedua sekaligus dengan suara pelan lagi konsentrasi
  2. Kemudian bacalah keduanya dengan suara keras lagi konsentrasi dan tenang
  3. Ulangi kedua ayat tersebut minimal 3x sehingga hafalan benar-benar kuat. Begitulah seterusnya, pada tiap-iap dua tambahan ayat baru harus digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga terjadi kesinambungan hafalan
  4. Mengulang dari ayat belakang ke depan. Dan dari depan ke belakang
  5. Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup)
  6. Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/halaman/juz sebelumya.
II. Sistem Jama’i
Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan:
  • Bersama-sama baca keras
  • Bergantian membaca ayat-an dengan jahri. Keika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.
Sistem ini dalam satu majlis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut:
A. Persiapan :
1.      Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustadz/ustadzah
2.      Ustadz/ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta
3.      Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya sayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustad/ustadzah
4.      Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustad/ustadzah untuk setor halaman baru dan muroja’ah hafalan lama
B. Setoran ke ustadz / ustadzah :
1. Muroja’ah: 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Muroja’ah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama
2. Setor hafalan baru:
·         Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama
·         Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk disebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri.
·         Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi.
3. Muroja’ah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan.

Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan hadir, maka ustad wajibmenggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz, halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustad hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.
C. Muroja’ah ditempat :
1.      Kembali ketempat semula.
2.      Mengulang bersama-sama seluruh bacaan yang disetorkan baik muroja’ah maupun hafalan baru, dengan sistem yang sama dengan setoran
3.      Menambah hafalan baru bersama-sama untuk disetorkan pada pertemuan berikutnya
4.      Jangan tinggalkan majlis sebelum mendapat izin ustadz/ustadzah.

Minggu, 01 Mei 2011

" MENGHAFAL AL QUR'AN "

Keutamaan Menghafal Al Qur’an

Mengenai keutamaan menghafal Al Qur’an, banyak sekali hadits yang menjelaskannya, diantaranya: Pertama, Al Qur’an akan menemani orang yang menghafalnya taktala keluar dari kubur. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah Saw bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Qur’an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Qur’an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”. Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Qur’an berkata; “saya adalah kawanmu, Al Qur’an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “karena anakmu hafal Al Qur’an. “Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).

Kedua, Al Hakim meriwayatkan hadits yang menunjukkan bahwa para pembelajar dan penghafal al Qur’an kelak di hari kiamat akan mendapatkan pakaian dari cahaya. Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.”

Ketiga, Allah tidak akan menyiksa hati orang yang menghafal Al Qur’an. Rasulullah Saw bersabda: ”Bacalah Al Qur’an karena Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al Qur’an. Sesungguhanya Al Qur’an ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkanya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Qur’an maka hendaklah ia bergembira.”

Keempat, orang yang menghafal Al Qur’an akan mendapatkan keistimewan dari Allah Swt. Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai ‘keluarga’ yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Ia itu ahli Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur’an dan mengamalkan isinya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”

Tips Menghafal Al Qur’an

Hal yang mesti dilakukan pertama kali saat kita mau menghafalkan Al Qur’an adalah memperbaiki niat, tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah Swt dan mengharap keridhaan-Nya. Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, misalnya karena riya’ atau sum’ah (ingin didengar orang), yang bakal menjerumuskan pelakunya kepada dosa.

1. Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa. Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al Qur’an. Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al Qur’an maka dia akan mendapatkannya.

2. Membenarkan ucapan dan bacaan. Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan
dari orang yang baik bacaan Al-Qur’annya atau dari orang yang hafal Al-Qur’an. Rasulullah Saw sendiri mengambil Al-Qur’an dari Jibril As secara lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan secara rutin Malaikat Jibril menemui beliau untuk murajaah (mengecek) hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah Saw diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali. Para shahabat juga belajar Al-Quran dari Rasulullah secara lisan. Demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari’ yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al Qur’an untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam hal bacaan Al Qur’an dan tajwidnya.

3. Membuat target hafalan setiap hari. Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu hizb, seperempat hizb atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.

4. Membaguskan hafalan. Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.

5. Menghafal dengan satu mushaf. Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal dengan mendengar. Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya dalam mushaf. Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.

6. Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal. Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.

Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus. Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti Tafsir Jalalain. Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Ath-Thabari. Wajib pula menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.

7. Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan. Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah benar benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.

8. Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain). Orang yang menghafal Al Qur’an tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal ataupun lupa.

Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang memperingatkan kesalahan tersebut.

9. Selalu menjaga hafalan dengan murajaah. Rasulullah Saw bersabda, “Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.” Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendaknya hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya. Bila ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat (surat) ini atau ayat (surat) itu.”Akan tetapi hendaklah mengatakan: Aku dilupakan.

10. Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa. Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.

11. Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal. Ada baiknya penghafal Al Qur’an menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk tulisan. Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam penulisannya.

12. Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal. Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu a’lam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada menghafal di usia tua. Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti mengukir di atas air.

Hal-Hal yang Menghalangi Hafalan

Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk menghafal Al-Quran maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan menyulitkan hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang tersebut. Diantaranya:
1. Banyaknya dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Quran dan terhadap dirinya sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.
2. Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan mengulangnya secara terus-menerus. Tidak mau memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak) dari apa-apa yang dihafal dari Al-Quran kepada orang lain.
3. Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang menjadikan hatinya tergantung dengannya dan selanjutnya tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
4. Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah ke hafalan lain sebelum kokohnya hafalan yang lama. Kita mohon pada Allah Swt semoga Dia mengkaruniakan dan memudahkan kita untuk menghafal kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya di tengah malam dan di tepi siang.